SEMARANG.TOP – Angkringan West terletak di Jalan Sri Rejeki Dalam Raya No. 33 Kalibanteng Kidul, Semarang Barat, Kota Semarang. Pemilik Angkringan West, Fahrudin Raharso, mengaku menamai usahanya dengan nama anggota komunitas musik Grunge karena sering nongkrong di sana.
“Ngomong-ngomong, teman-teman yang nongkrong di Angkringan West adalah komunitas musik yang dulu disebut gos grunge,” ujarnya.
“Jadi dulunya anak-anak grunge dari Semarang Barat ada di Hanoman, kebetulan anak-anak yang nongkrong disini tumbang jadi go grunge, lalu nama angkringan diberi nama Angkringan Barat,” kata Fakhrudin Raharso atau yang biasa dipanggil Mas Ndrong, Jumat (13/1).
Fahrudin mengaku menjual angkringan di Semarang Barat selama tiga tahun namun berpindah lokasi sebanyak dua kali.
“Untuk Angkringan di Jalan Sri Rejeki Dalam Raya tahun ini, sebelumnya di Jalan Sri Rejeki Raya sekitar 2 tahun,” ujarnya.
Sekedar informasi, pelayanan ala Angkringan West saat ini sedang viral di media sosial karena banyak netizen mengaitkannya dengan Restoran Karen’s Diner.
Namun, Mas Ndrong, pemilik Angkringan West, mengaku tidak meniru gaya pelayanan di Restoran Karen’s Diner.
“Di sini (Angkringan West) tidak ada konsep, orang menilai rumah makan Karen saja. Bahkan saya tidak tahu apa itu Karen’s Diner, saya tahu setelah banyak yang mengatakan bahwa saya mencari Karen’s Diner.” Lanjutnya.
Kabar terakhir, Sebagai informasi Angkringan West terkenal atau viral di media sosial karena pemilik angkringan alias Mas Ndrong melayani pelanggannya dengan cara yang kasar.
“Video yang pertama kali viral saat saya marah itu sebenarnya bentuk kedekatan saya dengan Asap, dia seorang kurir,” ujarnya.
Dia memberikan layanan semacam ini kepada Smoke atau temannya, karena dia sudah terbiasa dengan prosesnya.
“Memang benar cara saya dihidangkan itu, karena dekat banget, orang lain menilai saya sama dengan Smoke, perlakuannya seperti Karen’s Diner, bukan, tapi itu bentuk kedekatan yang saya merokok,” jelasnya. .
Kemudian Angkringan West semakin terkenal setelah adanya konten Soto Nutrisari.
“Setelah membuat konten Soto Nutrisari dan beberapa video lama, sekitar satu atau dua bulan menjadi viral,” jelasnya.
Tak hanya itu, berkat banyaknya akun media sosial yang juga memposting konten video, Angkringan West menjadi semakin populer.
“Dengan terus memperbanyak jumlah akun besar yang berpartisipasi dalam postingan kita dan jumlah media yang meliputnya, kita bisa menjadi lebih viral,” ucapnya.
Sementara itu, terkait pembuatan menu Soto Nutrisari di Angkringan West Fahrudin mengaku sebagai usaha sukarela.
“Jadi teman-teman yang suka bercanda sering divisualisasikan lebih jauh secara spontan, ternyata banyak yang suka dan nggak nyangka seramai itu,” ucapnya.
“Di sini rutin banget jadi guyonan, jadi mengalir saja. Tidak ada konsep tersendiri atau semacamnya untuk membuat video,” ujarnya.
Saat ini Angkringan West memiliki dua menu yang berbeda yaitu menu soto nutrisari dan air es.
“Harga soto 6.000 per mangkok, es krim Banyu Putih 1.000, teman saya Dewe hanya bilang tos dan terima kasih,” ujarnya.
Fakhrudin mengungkapkan, setelah dirinya viral di media sosial, banyak pembeli yang mengunjungi angkringannya.
“Makin ramai, dan banyak juga orang dari luar kota,” katanya.
Jena, pengunjung asal Solo, mengaku tertarik dengan Angkringan West karena belakangan ini ramai di media sosial.
Mereka yang datang ke pasar ini tidak hanya membeli produk, tetapi juga melihat dan mendengar suara para influencer yang membuat konten di sini.
Sumber : Tribun.com