SEMARANG.TOP – Tingkat okupansi hotel di Soloraya mencapai 100% saat liburan Tahun Baru. Hal ini terutama terjadi di Jawa Tengah, yang jumlah huniannya paling tinggi. Hal itu disampaikan Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Jawa Tengah Bambang Mintosih kepada Solopos.com
Menurut Bank, 90% kamar hotel di Jateng terisi saat libur tahun baru 2023. Semarang, Salatiga, dan Purworejo menjadi daerah dengan tingkat hunian tertinggi, sementara banjir yang melanda sejumlah daerah jelang akhir tahun. tahun berdampak minimal pada hunian hotel.
Benk mengatakan, alasan okupansi hotel masih tinggi meski bencana terjadi karena masyarakat sudah lama menunggu. Dijelaskannya, banyak juga hotel yang menawarkan tema berbeda kepada pengunjung, sehingga kemungkinan masyarakat memilih menginap di sana karena sudah lama tidak merayakan tahun baru.
Bank menyebut banyak wisatawan dari Solo ke Semarang dan Semarang ke Solo tampak penasaran dengan perkembangan terkini di Soloraya. Ia berharap pada tahun 2023 semua kegiatan pemerintah kembali digencarkan seperti sebelum pandemi atau tahun 2019.
Sejak pergantian tahun ini merupakan masa yang sulit bagi para pelaku bisnis perhotelan. “Kami berharap pemerintah dapat melakukan lebih banyak acara untuk menjaga okupansi hotel tetap tinggi.” Dia menutup.
Humas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo mengatakan, pengaruh hotel dan restoran di Soloraya terhadap perayaan Natal dan Tahun Baru sangat besar. Ia melanjutkan, informasi lebih lanjut mengenai hal ini akan ditampilkan secara mencolok di halaman depan Harian Solopos edisi Jumat.Pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di sekitar Stadion Manahan Solo akhirnya bisa bernapas lega. Beberapa pedagang kembali berjualan kuliner di shelter Manahan.
Tingkat okupansi Kota Semarang ketika liburan tahun baru 2023 juga mengalami tingkat kenaikan yang tinggi. Diharapkan setelah liburan ini akan semakin meningkat.
Pada Kamis, 1 Mei 2018, Espos Monitoring mengamati beberapa pedagang yang mulai berjualan makanan dan minuman di shelter utara. Sedangkan shelter selatan masih kosong. Pedagang sibuk menata makanan dan minuman di atas meja shelter. Para penari pun mensyukuri lokasi baru tersebut dan mengadakan hajatan selamatan dengan memakan nasi tumpeng. Mereka kemudian menari di belakang tempat berlindung. Beberapa pedagang kembali menjual. Mereka menunggu selama berbulan-bulan, dan sekarang mereka akhirnya bisa melakukannya. Beberapa pedagang belum menjual apa-apa, mungkin mereka masih menunggu kesempatan terbaik. Darmi senang dengan ukuran shelter yang kecil, yang merupakan ciri khas shelter tunawisma di Indonesia. Ia bersyukur diizinkan kembali berjualan di sekitar Stadion Manahan, karena ini berkah. Ia meyakini, shelter Manahan akan ramai dikunjungi pengunjung saat pertandingan sepak bola atau event lainnya di stadion.
BACA JUGA :
sumber : solopos.com